Siklus Haid dan Reproduksi yang Sehat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang wanita dianggap sehat jika organ dan fungsi reproduksinya sehat. Artinya indung telur, saluran tuba, rahim dan vagina harus sehat secara fisik dan berfungsi normal untuk menghasilkan sel telur, berhubungan seks dan memfasilitasi pembuahan dan implantasi embrio ke dalam rahim.


Sejak masa pubertas, setiap wanita akan mengalami siklus menstruasi sebanyak 300 hingga 400 kali dalam hidupnya hingga memasuki masa menopause. Komunikasi yang harmonis dan sinkron antara otak, ovarium, dan rahim akan menghasilkan 1 sel telur matang dari sekitar 1.000 sel telur yang dikeluarkan setiap wanita dari indung telurnya setiap bulannya.


Ketika sel telur yang matang dilepaskan (ovulasi), komunikasi yang sangat indah dan istimewa ini mempersiapkan dinding rahim seperti bantal tempat embrio dapat menempel jika nanti terjadi pembuahan saat berhubungan seks.


Jika tidak terjadi pembuahan, maka menstruasi akan terjadi secara otomatis dalam waktu 14 hari setelah keluarnya sel telur yang matang. Jadi, siklus menstruasi yang baik bisa menandakan organ reproduksi sehat.


Keluhan tidak haid selama 3 bulan, siklus haid berlangsung selama 40 hari, atau haid dua kali sebulan merupakan contoh gangguan pematangan sel telur. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan sinyal pada sistem saraf, masalah ovarium, rendahnya jumlah sel telur, atau tingginya kadar prolaktin, hormon yang berperan dalam produksi ASI.


Selain menyulitkan memiliki anak, gangguan pematangan sel telur juga dapat membahayakan kesehatan wanita secara umum.


Sebagai contoh, seorang perempuan dengan gangguan pematangan sel telur dapat mengalami penebalan dinding rahim yang berisiko menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak. Hal tersebut bahkan menjadi salah satu bibit terjadinya keganasan badan rahim.




Oleh karena itu, setiap keluhan siklus haid yang tidak teratur harus dicari penyebabnya agar dapat segera ditangani dengan tepat.


Jumlah sel telur yang sedikit juga merupakan penyebab gangguan siklus haid yang harus dikenali secara cepat, mengingat kondisi ini biasanya lebih sulit diatasi, terutama pada perempuan yang belum memiliki keturunan.


Banyaknya sel telur dalam indung telur setiap perempuan dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan, maupun faktor lingkungan.


Kista coklat atau dalam istilah medis endometriosis dikenal sebagai penyakit pada organ reproduksi yang dapat merusak dan mengurangi jumlah sel telur. Demikian pula, operasi ovarium (jika terdapat kista) dapat mengurangi jumlah sel telur sehingga menyebabkan gangguan siklus menstruasi.


Selain itu, kemoterapi atau terapi radiasi pada wanita muda penderita keganasan juga dapat menurunkan jumlah sel telur sehingga menyebabkan menopause dini.


Karena siklus menstruasi erat kaitannya dengan kesehatan kesuburan, maka setiap wanita sebaiknya mencatat siklus menstruasinya dengan cermat. Siklus menstruasi dianggap sehat jika terjadi antara 24 hingga 38 hari, siklus menstruasi berlangsung 3 hingga 7 hari, dan penggantian tampon 2 hingga 3 kali sehari.


Dismenore adalah hal yang wajar jika terjadi pada hari pertama atau kedua siklus menstruasi, selama tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.


Pencatatan siklus menstruasi yang baik dapat membantu menciptakan kesuburan yang sehat.


Sistem reproduksi yang sehat tentunya juga akan melindungi perempuan dari gangguan kesehatan reproduksi sekaligus mempersiapkan keturunan dan generasi penerus yang sehat dan cerdas.

Bagikan Artikel ini